BAB I
PENDAHULUAN
Perdebatan akan asal-usul manusia atau bahkan
kehidupan makhluk hidup di muka bumi ini masih menjadi tanda tanya besar dan
diskusi panjang yang tiada habisnya. Beberapa teori ilmiah telah mencoba untuk
menjawab itu semua. Akan tetapi terus mengalami keraguan dan kesangsian setelah
diuji seiring perubahan waktu yang menjadikannya tidak dapat diterima lagi.
Salah satunya adalah teori evolusi yang ditelorkan oleh Darwin. Konsep
kehidupan yang, menurutnya, berawal dari satu spesies hingga memunculkan
beragam makluk hidup seperti sekarang ini. Termasuk adanya manusia sebagai
makluk yang paling cerdik.
Disisi lain, sejarah penciptaan manusia sebenarnya
telah melegenda. Berawal dari satu manusia laki-laki dan satu manusia perempuan
yaitu Adam dan Hawa. Sebagaimana diinfomasikan oleh dogma agama-agama besar
(Yahudi, Nasrani dan Islam). Hingga pada abad ini telah melahirkan
(memunculkan) lebih dari 6 miliar manusia. Tersebar di segala penjuru dunia.
Dari cerita ini, banyak manusia yang percaya begitu saja, walaupun memang ada
hal-hal yang sedikit tidak masuk akal. Penjelasan singkat dan ringkas yang
dianggap cukup dan tidak adanya kekritisan umat dalam beragama.
Diantaranya ialah bahwa Adam diciptakan oleh Tuhan
dari tanah liat yang dibentuk semisal sebuah boneka. Kemudian ditiupkan
kepadanya ruh. Maka jadilah Adam manusia dewasa yang hidup seketika itu
juga. Selanjutnya di tempatkan di dalam surga. Tapi Adam merasa kesepian karena
hanya seorang diri. Maka Tuhan pun menjadikan calon istrinya, Hawa. Caranya,
Tuhan mengambil salah satu tulang rusuk Adam. Dari tulang rusuk Adam itulah
kemudian tercipta Hawa sebagai manusia dewasa yang hidup.
Tak heran, cerita akan hal itu semua bertebaran
dengan sangat bebas dan beragama. Mulai dari yang bersifat doktrin, tafsir,
dongeng, legenda hingga pada penelusuran yang bersifat ilmiah. Dibandingkan
dengan berbagai makhluk lainnya, manusia memang sangat istimewa. Manusia yang
benar-benar menjadi aktor utama dalam kehidupan di jagat raya ini. Pemimpin
kolektif atas segala fasilitas kehidupan yang telah tersedia secara ajaib di
planet yang sangat istimewa pula ini.
BAB II
PEMBAHASAN
- Metode dan Corak Tafsir Agus Mustofa
Banyak
ta'wil baru di dalam kajian Agus Mustofa yang pasti akan mengundang
perdebatan, dan hal ini disebabkan oleh perbedaan di antara keakraban beliau
dengan teori-teori ilmu pengetahuan modern, dan ilmu al-Qur'an. Dari sini,
secara kita bisa mendeteksi bahwa, terdapat unsur penafsiran dengan kaidah maudhu`i-ilmy-falsafy-adaby.
Beliau
bukan saja menafsirkan ayat-ayat kauniyah al-Qur'an dengan ilmu-ilmu
pengetahuan modern yang timbul pada masa sekarang yang menjadi ciri Tafsir
Ilmy,[1] bahkan juga berupaya
mengompromikan atau mencari titik temu di antara filsafat dengan agama serta
berusaha menyingkirkan segala pertentangan di antara keduanya,[2] juga merupakan ciri Tafsir
Falsafy. Adapun karyanya dikatakan melibatkan metode Tafsir Adaby
adalah karena beliau mempunyai karakteristik yang berbeda dari corak tafsir
lainnya dan memiliki corak tersendiri yang betul-betul baru bagi dunia tafsir.
Walaupun beliau mengabaikan penggunaan bahasa yang menarik, namun beliau
berusaha menghubungkan nash-nash al-Qur'an yang tengah dikaji dengan
realitas sosial dan sistem budaya yang ada.[3]
Dari
ketiga macam metode penafsiran maudhu'i tersebut, kecenderungannya lebih
tertonjol pada metode penafsiran Ilmy dan Falsafy.
Jika
metodenya adalah secara Ilmu, coraknya pula menonjolkan Falsafy-Sufy.
Keduanya terbukti apabila di dalam pembahasan beliau lebih banyak mengedepankan
teknik yang mengajak para pembaca untuk banyak ber-tafakkur tentang
kejadian alam, manusia, dan pembuktian keberadaan Tuhan berserta firman-Nya
berdasarkan hujjah logis dan bukti-bukti empiris, namun ia lebih ke arah corak Falsafy.
Dengan demikian, karya ini adalah berbentuk Tafsir bi-Ra'yi, metodenya Ilmy/
Saintis, sedang coraknya adalah Falsafy.
- Ternyata Adam Dilahirkan
Dalam
pembahasannya mengenai penciptaan Adam, Agus Mustofa memaduakan antara ilmu
tasawuf dan sains yang selanjutnya menghasilkan tipikal pemikiran yang 'unik'
pada dirinya, yang disebutnya sebagai Tasawuf Modern. Pendekatan tasawuf
yang menggunakan metode kekinian.
Agus
Mustofa mengembangkann penafsirannya mengenai penciptaan Adam dengan mengangkat
penelitian mengenai 'genetika'. Menurutnya, segala aktifitas manusia direkam
oleh alam sekitar. Ada tiga rekaman yang berlangsung selama hidup kita. Yang
pertama adalah rekaman oleh struktur alam. Yang kedua adalah rekaman oleh
struktur otak. Dan yang ketiga adalah rekaman oleh struktur genetika.
Pembahasan
tentang hal tersebut telah diangkatnya dalam karyanya yang terdahulu yang
berjudul TERNYATA AKHIRAT TIDAK KEKAL, terutama tentang model rekaman yang
pertama – oleh struktur alam. Sedangkan rekaman model yang kedua dan ketiga
dijelaskan secara gamblang dalam buku ini garis besarnya.
Setiap
perbuatan, kata-kata, dan sikap hati kita setiap hari direkam oleh otak dan
struktur genetika. Rekaman otak bisa dibuktikan dengan cara sederhana. Bahwa
otak ternyata memiliki daya ingat alias memori. Ini seperti pita kaset saja layaknya.
Atau lebih cocoknya adalah rekaman digital yang dewasa ini lumrah digunakan[4].
Setiap
kita berbuat, maka kita akan menjadi ingat bahwa kita pernah berbuat itu.
Setiap kata yang kita ucapkan juga kita ingat, dan suatu ketika akan muncul
kembali di lain waktu. Kalau pun kita tidak mengingatnya – entah karena lupa – maka
orang lainlah yang akan memorikan di dalam otak mereka.
Otak
merekam segala peristiwa yang kita alami dan kemudian akan kita ingat selama
kita masih hidup. Atau sampai suatu ketika nanti, saat kita dibangkitkan
kembali di hari pengadilan. Tapi struktur genetika kita ternyata bisa merekam segala
kejadian yang menimpa kita secara lintras generasi. Kerena sifat-sifat yang
terkandung dalam struktur genetika kita itu ternyata diwariskan kepada anak
keturunan kita.
Jadi
struktur genetika kita yang sekarang ada dalam tubuh ini adalah warisan orang
tua kita. Separuh berasal dari bapak, dan separuhnya dari ibu. Demikian pula
yang dimiliki oleh orang tua kita, berasal dari orang tua mereka. Dan begitu
selanjutnya. Struktur genetika kita itu mengandung gen-gen nenek moyang kita.
Entah berapa persen dari yang ada pada diri kita itu, adalah gen dari manusia
pertama.
- Sumber Rujukan
Dalam
pembahasan ini sebenarnya al-Qur'an memberikan guidance alias petunjuk
komprehensif, bahwa kita harus melakukan explorasi dua sisi. Sisi pertama,
adalah menggali arahan al-Qur'an tentang asal-usul penciptaan manusia. Dan sisi
yang kedua, petunjuk itu mesti kita telusuri dari tanda-tanda yang dihamparkan
Allah di alam sekitar kita. Petunjuk pertama berdasar pada ayat-ayat qauliyah,
sedangkan petunjuk kedua berasal dari ayat-ayat kauniyah[5].
QS. Al-Furqan (25): 54
وَهُوَ
الَّذِي خَلَقَ مِنَ الْمَاءِ بَشَرًا فَجَعَلَهُ نَسَبًا وَصِهْرًا وَكَانَ
رَبُّكَ قَدِيرًا (٥٤)
Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu Dia
jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah* dan adalah Tuhanmu Maha
Kuasa.
*Mushaharah artinya
hubungan kekeluargaan yang berasal dari perkawinan, seperti menantu, ipar,
mertua dan sebagainya.
QS. An-Nur (24): 45
وَاللَّهُ خَلَقَ كُلَّ دَابَّةٍ مِنْ مَاءٍ فَمِنْهُمْ
مَنْ يَمْشِي عَلَى بَطْنِهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي عَلَى رِجْلَيْنِ وَمِنْهُمْ
مَنْ يَمْشِي عَلَى أَرْبَعٍ يَخْلُقُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ إِنَّ اللَّهَ عَلَى
كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (٤٥)
Dan Allah telah
menciptakan semua jenis hewan dari air, Maka sebagian dari hewan itu ada yang
berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian
(yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya,
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Ayat
inilah yang diklaim oleh para penganut teori evolusisebagai bukti adanya
perpindahan binatang air ke binatang darat. Itu adalah masa-masa dimana muncul
binatang amphibi dan reptilia yang berjalan dengan perut, dua kaki dan kemudian
empat kaki. Dalam periodisasi evolusi, itu terjadi sekitar 360 juta tahun yang
lalu.
Namun
ayaat ini memang tidak menyaebut secara eksplisit bahwa binatang darat itu
berasal dari binatang air yang berevolusi. Ayat tersebut bisa ditafsirkan bahwa
masing-masing binatang daratan itu diciptakan Allah dari air. Bukan dari
binatang air yang lebih rendah tingkatannya.
QS. Al-Hijr (15): 26
وَلَقَدْ
خَلَقْنَا الإنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ (٢٦)
Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah
liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.
QS. Al-Hijr (15): 28-30
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي
خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ (٢٨)فَإِذَا سَوَّيْتُهُ
وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ (٢٩)فَسَجَدَ
الْمَلائِكَةُ كُلُّهُمْ أَجْمَعُونَ (٣٠)
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada Para
Malaikat: "Sesungguhnya aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah
liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan
telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya
dengan bersujud*.Maka bersujudlah Para Malaikat itu semuanya bersama-sama.
*Yang dimaksud dengan sujud disini bukan
menyembah, tetapi sebagai penghormatan.
Allah
memberiakan penjelasan yang lebih rinci bahwa yang diciptakan dari 'tanah
liat kering yang berasal dari lumpur hitam' itu adalah basyaran.
Yaitu manusia sebelum al-insan. Atau nenek moyang al-insan, yang
memang sudah ada dalam jutaan tahun sebelumnya.
Karena
itu, ayat berikutnya memberikan penjelasan bahwa basyaran itu masih
perlu disempurnakan lagi oleh Allah, agar menjadi al-insan. 'Maka
bila telah kusempurnakan kejadiannya, dan telah kutiupkan Ruh-Ku ke
dalamnya, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud'. Dan para
malaikat pun bersujud bersama-sama. Bukan kepada al-basyar, melainkan
kepada al-insan.
Jadi,
adalah kekeliruan jika kita menafsiri ayat itu sebagai proses penciptaan Adam –
manusia pertama – dari tanah liat. Itu adalah cerita tentang penciptaan al-basyar
secara kolektif, yang 'ditumbuhkan' oleh Allah dari tanah bumi. Dan setelah
disempurnalan kejadiannya – menjadi al-insan – barulah malaikat
diperintahkan bersujud kepada salah satu dari al-insan itu, yaitu Adam.
Lantas,
dari keturunan Adam inilah manusia modern berkembang biak. Sedangkan manusia
lain selain keturunan Adam mengalami kepunahan. Maka manusia modern yang ini
disebut sebagai sebagai 'bani Adam' alias keturunan Adam[6].
BAB III
KESIMPULAN
Banyak sekali perdebatan mengenai penciptaan Adam
sebagai manusia pertama. Ada yang berpatokan pada dogma agama, ada pula yang
mencoba secara ilmiah mengungkapnya. Salah satu statement tentang penciptaan
Adam ialah bahwa Adam diciptakan oleh Tuhan dari tanah liat yang dibentuk
semisal sebuah boneka. Kemudian ditiupkan kepadanya ruh. Maka jadilah
Adam manusia dewasa yang hidup seketika itu juga. Selanjutnya di tempatkan di
dalam surga. Tapi Adam merasa kesepian karena hanya seorang diri. Maka Tuhan
pun menjadikan calon istrinya, Hawa. Caranya, Tuhan mengambil salah satu tulang
rusuk Adam. Dari tulang rusuk Adam itulah kemudian tercipta Hawa sebagai
manusia dewasa yang hidup.
Agus Mustofa mengembangkann penafsirannya mengenai
penciptaan Adam dengan mengangkat penelitian mengenai 'genetika'. Menurutnya,
segala aktifitas manusia direkam oleh alam sekitar. Ada tiga rekaman yang
berlangsung selama hidup kita. Yang pertama adalah rekaman oleh struktur alam.
Yang kedua adalah rekaman oleh struktur otak. Dan yang ketiga adalah rekaman
oleh struktur genetika.
Dari pembahasan yang sudah kita lakukan, kiranya
kita sudah bisa menebak kesimpulan akhirnya. Bahwa Adam adalah manusia yang
dilahirkan. Karena memang ia bukan manusia pertama yang diciptakan di muka
bumi.
Adam adalah al-insan. Ia bukan al-basyar.
Manusia pertama yang diciptakan Allah ternyata bukan Adam. Ia tidak pernah
disebut secara eksplisit oleh al-Qur'an. Allah selalu menyebut manusia pertama
itu secara kolektif sebagai al-basyar. Karena itu, tidak ada penjelasan
rinci tentang siapa dia dan bagaimana rupanya.
Data-data ilmu pengetshuan pun sampai sekarang
masih diliputi oleh kabut tebal yang penuh misteri. Data-data fosil maupun
perhitungan umur genetika hanya menyebut angka jutaan tahun yang lalu sebagai
awal munculnya spesies yang bernama manusia.