Kamis, 08 September 2011

CITRA ADAM DAN NUH SERTA KELUARGA IBRAHIM DAN KELUARGA IMRAN DALAM KONTEKS MANUSIA DAN KELUARGA IDEAL


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Islam merupakan mata air bagi segala kesopanan dan kehormatan dalam kehidupan ini. Islam merupakan prinsip-prinsip moral yang logis, nilai-nilai yang tinggi dan perilaku-perilaku yang baik, semuanya disampaikan kepada manusia dari sumber yang suci dan ilahiah semenjak beberapa abad lalu.
Manusia jelas lebih cenderung kepada kebebasan dan kebodohan dari pada berupaya mengikuti apa yang benar, karenanya lebih mudah terjatuh dari pada terangkat, dan lebih mudah lalai dari pada mengikuti aturan-aturan. Oleh karena itu, manusia memerlukan bimbingan untuk mencegah dan memperingatkan di saat lupa dan kakinya terpeleset dari jalan yang lurus.[1]
Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna dalam penciptaannya, paling tidak itulah yang termaktuf dalam firman Allah dalam al-Qur'an surat at-Tiin. Namun manusia masih membutuhkan bimbingan untuk menjelaskan nilai-nilai luhur dalam Islam dengan cara yang mudah dipahami dan gaya yang menarik sehingga dapat mengembangkan nilai-nilai dan sikap-sikap yang dikehendaki Allah, sehingga bisa menikmati kehidupan yang layak dan bahagia.
Allah mewahyukan agama Islam ini dari langit ketujuh bukan  sekedar untuk menjadi bahan teoritis, karena wahyu Allah tersebut bukanlah sekedar kata-kata sakral yang hanya untuk dibaca agar memperoleh berkah tanpa dipahami maknanya. Allah mewahyukan agama ini untuk membimbing kehidupan individu, keluarga dan masyarakat luas, untuk membimbing manusia keluar dari kegelapan menuju cahaya.[2]
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ قَدْ جَاءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ كَثِيرًا مِمَّا كُنْتُمْ تُخْفُونَ مِنَ الْكِتَابِ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُبِينٌ (١٥)يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلامِ وَيُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (١٦)[3]
Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi al-Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkannya.[4] Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita menuju cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. (QS. Al-Maidah: 15–16)[5]
Di antara beberapa petunjuk al-Qur'an, yakni adanya kisah para nabi Allah untuk yang bisa dijadikan panduan dan teladan dalam kehidupan, baik dalam kehidupan pribadi maupun keluarga dan masyarakat. Kisah para Nabi adalah kisah kebesaran dan ketinggian, kehidupan mereka merupakan suatu kehidupan perjuangan. Tujuan Allah menjelaskan kisah para Nabi adalah agar manusia mengambil ajaran dan kemaslahatan dari perjalanan mereka yang harum, bagaikan lampu yang menyinari dengan sinarnya, mereka memberikan petunjuk dengan petunjuk-Nya, mereka sebagai contoh yang tinggi dalam kehidupannya, mereka berada dalam keutamaan dan keselamatan.[6]
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لأولِي الألْبَابِ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَى وَلَكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ (١١١)[7] 
Sungguh ada dalam kisah mereka itu suatu pembelajaran bagi orang-orang yang berfikir. (QS. Yusuf: 111)[8]
Ayat ini menjelaskan bahwa dari kisah para nabi tersebut dapat diambil pelajaran hidup yang berguna, yaitu citra mereka dalam hal kesabaran, ketaatan dan seterusnya. Citra dari para nabi ini patut untuk diteladani sebagai bahan untuk lebih mengoptimalkan keimanan.
Dalam konteks manusia dan keluarga yang bisa dikatakan manusia dan keluarga ideal Allah memberi porsi khusus, al-Qur'an surat Ali Imran ayat 33 menjelaskan bahwa Allah telah menempatkan beberapa orang dan keluarga lebih utama dari pada yang lain pada zamannya.
إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى آدَمَ وَنُوحًا وَآلَ إِبْرَاهِيمَ وَآلَ عِمْرَانَ عَلَى الْعَالَمِينَ (٣٣)[9] 
Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing). (QS. Ali Imran: 33)[10]
Ayat ini menjelaskan kebijakan Allah dalam menetapkan manusia pilihannya sebagai manusia yang paling unggul pada masanya. Kebijakan Allah dalam ayat ini kemudian menimbulkan tanda tanya tentang apa yang dimaksud dengan Allah memilih dan apa dasarnya Allah memilih mereka?
Memang tidak ada yang bisa keberatan atas pilihan Allah, tetapi tidak ada salahnya kalau dicari jawabannya tentang kira-kira apa dasarnya. Jawaban yang diperoleh bisa saja memuaskan, bisa juga tidak memuaskan bagi yang lain, tapi apapun jawabannya harus diterima.[11] Dalam hal ini upaya untuk menemukan maksud yang terkandung di dalamnya adalah agar ayat tersebut tidak dianggap sebagai teks yang mati dan tidak kontekstual lagi dalam kehidupan.[12] 
Allah memilih berdasarkan pengetahuannya, menyangkut siapa yang dipilih. Allah juga memilih berdasarkan kebijaksanaan dan hikmah-Nya setelah memperhatikan, melihat dan mengetahui bahwa objek yang dipilih-Nya merupakan objek yang sesuai bagi-Nya.[13]
Dalam kutipan sejarah, keempat golongan yang dipilih Allah tersebut memang orang-orang yang mempunyai keistimewaan yang lebih dari pada yang lain. Misalnya Adam yang dinyatakan sebagai manusia pertama atau sebagai moyang manusia. Walaupun ada yang mengatakan bahwa sudah ada makhluk-makhluk sebelum Adam, bahkan bisa jadi sudah ada makhluk yang mirip bentuknya dengan manusia sebelum Adam. Tapi Allah memilih Adam sebagai orang tua manusia modern kira-kira 40.000 tahun yang lalu seperti yang telah dikatakan para pakar. Jadi Allah memilihnya sebagai bapak manusia yang ada sekarang.[14] Begitupun dalam hal Allah memilih Nuh dan dua keluarga, yakni keluarga Ibrahim dan Imran, tentu Allah mempunyai alasan tersendiri. Alasan inilah yang kemudian ingin dicari dan ditampilkan sebagai sebuah pengetahuan.
Dari gambaran yang sudah ada, keempat golongan tersebut memang selayaknyalah untuk dijadikan citra sebagai manusia dan keluarga ideal, serta bisa dijadikan teladan bagi setiap manusia dan keluarga yang ingin meningkatkan kualitas kepribadian dan keluarga. Jika dihubungkan pada kondisi saat ini yang sedang sulit mencari seorang figur yang bisa dijadikan teladan, kiranya alasan Allah dalam menjadikan manusia pilihan-Nya tersebut betul-betul menjadi manusia istimewa yang direkomendasi sebagai manusia dan keluarga ideal yang berhak diteladani.
Al-Qur'an surat Ali Imran ayat 33 ini turun dalam konteks diskusi Nabi dengan sekelompok orang Nasrani yang antara lain membahas tentang kedudukan Siti Maryam dan kedudukan Nabi Isa yang sejak zaman Nabi mereka meyakini bahwa Nabi Isa itu adalah anak Tuhan, Tuhan atau satu dari tiga (Trinitas).[15]
Karena tujuan ayat ini adalah diskusi tentang hal tersebut, maka Allah menurunkan ayat tersebut dengan mengatakan bahwa Allah memilih mereka semua, baru kemudian ayat selanjutnya mengatakan bahwa yang dipilih oleh Allah diatas merupakan keturunan yang sama. Mereka semua sama dan membawa ajaran yang sama, yakni keesaan Tuhan (لم يلد ولم يولد). Kalau mereka merupakan keturunan yang sama dalam kemanusiaannya, maka jangan dibedakan-bedakan bahwa yang ini lebih mulia dari yang itu atau yang ini adalah Tuhan dan yang itu bukan Tuhan.[16]
Dengan menggunakan pendekatan yang sesuai dengan kajian Tafsir Hadis, dalam penelitian yang akan dilakukan ini, akan diungkap keistimewaan-keistimewaan mereka sebagai pribadi dan keluarga pilihan sehingga dengan pengungkapan ini, tidak disangsikan lagi bahwa mereka memang layak dikatakan sebagai manusia dan keluarga ideal, pilihan Tuhan yang layak dijadikan teladan.
B.       Identifikasi dan Pembatasan Masalah
Dari latar belakang di atas, dalam kajian Tafsir Hadis, ada beberapa hal yang menjadi titik permasalahan dalam pembahasan terkait terpilihnya Adam dan Nuh serta keluarga Ibrahim dan keluarga Imran sebagai manusia dan keluarga yang unggul di atas semua manusia pada zamannya dalam Qur’an Surat Ali Imran ayat 33.
1.      Tentang geneologi dari Adam dan Nuh serta keluarga Ibrahim dan keluarga Imran.
2.      Tentang rahasia Tuhan terhadap pilihan-Nya menentukan Adam dan Nuh serta keluarga Ibrahim dan keluarga Imran.
3.      Tentang hubungan nasab antara Adam dan Nuh serta keluarga Ibrahim dan keluarga Imran.
4.      Tentang keistimewaan Adam dan Nuh serta keluarga Ibrahim dan keluarga Imran.
Dalam menentukan manusia pilihan memang hak prerogatif Allah sebagai Sang Kreator, akan tetapi tentu ada maksud yang terkandung di dalamnya sehingga Allah lebih memilih mereka dibandingkan yang lain. Salah satu yang menjadi titik tekan dalam penelitian ini adalah mengungkap keistimewaan mereka, bahwasanya mereka merupakan manusia-manusia yang layak dijadikan panutan karena mereka merupakan pribadi dan keluarga yang ideal.
Pembahasan dalam ayat ini sangat luas sehingga perlu dispesifikkan titik pembahasannya. Maka titik fokus dari skripsi ini adalah mengungkap keistimewaan Adam dan Nuh serta keluarga Ibrahim dan Imran. Pembahasan dalam penelitian ini lebih ditekankan pada teladan dari mereka sebagai manusia dan keluarga ideal.
 
C.      Rumusan Masalah
Gambaran global tentang masalah manusia dan keluarga pilihan Allah dalam al-Qur'an surat Ali Imran ayat 33 pada latar belakang di atas akan dirumuskan dengan beberapa bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1.      Bagaimana para mufassir menjelaskan QS. Ali Imran: 33?
2.      Bagaimana keistimewaan Adam dan Nuh serta keluarga Ibrahim dan Imran sebagai kelompok ideal?
 
D.      Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian dapat diuraikan sebagai berikut :
1.        Untuk mengetahui penjelasan dari para mufassir tentang penafsiran dan penjabaran dari al-Qur'an Surat Ali Imran ayat 33 yang mengungkapkan tentang manusia dan keluarga unggul pilihan Allah swt.
2.        Untuk mendapatkan gambaran tentang Adam dan Nuh serta keluarga Ibrahim dan Imran sehingga mereka layak disebut sebagai manusia dan keluarga ideal.
 
E.       Manfaat Penelitian
Manfaat atau kegunaan penelitian ini dari segi teoritis merupakan kegiatan dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang wacana Tafsir Hadis melalui pendekatan metodologis-historis.
Sedangkan manfaat dalam segi praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan/pedoman yang layak dalam kehidupan khususnya bila dikaitkan dengan bagaimana menjadi manusia dan keluarga yang ideal dalam  masyarakat di tengah krisis kepribadian saat ini.
 
F.       Penegasan Judul
Skripsi ini berjudul Citra Adam dan Nuh serta Keluarga Ibrahim dan Keluarga Imran dalam Konteks Manusia dan Keluarga Ideal yang merupakan penguraian tentang keutamaan mereka sehingga Allah memilih mereka sebagai manusia yang lebih unggul dari pada yang lain pada zamannya.
Untuk itu perlu lah dijelaskan secara singkat terlebih dahulu apa yang dimaksudkan dalam judul skripsi ini;
-       Citra merupakan persepsi tentang perilaku seseorang, atau gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi seseorang.[17]
-       Adam dan Nuh merupakan nabi yang diutus oleh Allah sebagai lambang dari pertobatan dan keteguhan hati dalam berdakwah.
-       Keluarga Ibrahim dan keluarga Imran adalah keluarga pilihan Allah yang dibangun dengan kesabaran, keikhlasan dan ketaatan kepada Allah, sehingga bisa dijadikan teladan bagi setiap manusia dalam membina rumah tangga.
-       Ideal adalah memuaskan karena sesuai dengan yang dicita-citakan atau diangan-angankan.[18]
Jadi, judul skripsi ini adalah mengungkap keutamaan dari Adam dan Nuh serta keluarga Ibrahim dan Imran sebagai manusia dan keluarga ideal untuk dijadikan teladan dalam kehidupan.
 
G.      Telaah Pustaka
Penelitian yang membahas tentang nabi seperti ini tentu bukan yang pertama dan satu-satunya, maka dari itu perlu untuk dilakukan telaah kepustakaan untuk mengukuhkan keaslian penelitian ini. Salah satu tulisan yang pembahasannya berkaitan dengan penelitian ini adalah;
1.      Skripsi dari Catur Rajwina tahun 2000 yang berjudul Kisah Nabi Ibrahim dan Zakariya Memperoleh Keturunan dalam al-Qur’an. Skripsi ini menjelaskan tentang kisah Nabi Ibrahim dan Zakariya yang baru memperoleh keturunan ketika usia mereka sudah senja. Skripsi ini lebih menekankan pembahasannya pada pemaparan kisah serta mengkategorikan kisah mereka dalam beberapa kategori kisah. Bidikannya adalah bagaimana nantinya kisah dari kedua nabi tersebut dapat diambil hikmahnya dalam kehidupan dengan mengambil pelajaran dari kesabaran mereka. Kategorisasi kisah Nabi Ibrahim dan Zakariya memperoleh dalam kategori kisah al-Qur’an termasuk dalam kategori Kisah Para Nabi (Qishashul Anbiya’) yang mengandung dakwah mereka kepada kaumnya atas cobaan yang diterimanya. Skripsi ini tidak memaparkan perihal keluarga dari Nabi Ibrahim dan Zakariya sebagai sebuah keluarga yang taat dan patuh kepada Allah, dan hanya menampilkan Nabi Ibrahim dan Zakariya secara personal.
2.      Skripsi dari Emil Fuaidah tahun 2003, Substansi Dialog Antara Nabi Ibrahim dengan Allah swt. dalam QS. Al-Baqarah (2): 260. Skripsi ini juga menjelaskan tentang Nabi Ibrahim secara personal dalam konteks substansi dari dialog antara Nabi Ibrahim dengan Allah dalam surat al-Baqarah ayat 260 yang berbicara tentang pertanyaan Nabi Ibrahim kepada Allah mengenai bagaimana Allah menghidupkan orang-orang yang sudah mati. Dalam hal ini, Nabi Ibrahim dinilai masih belum yakin sepenuhnya dengan kekuasaan Allah, sampai-sampai Allah memvisualisasikan kekuasaan-Nya. Skripsi ini hanya mengeksplorasi dan mengelaborasi substansi-substansi dialogis antara Nabi Ibrahim dengan Allah swt. yang termaktub dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 260.
3.      Karya Muhammad Ali Al-Shabuny yang berjudul al-Nubuwwah wa al-Anbiya' diterjemahkan oleh Arifin Jamian Maun yang diberi judul Kenabian dan Para Nabi, di dalamnya sangat panjang membahas tentang kisah perorangan para Nabi. Selain itu, buku ini juga membahas tentang ketentuan maqam Nabi merupakan hak prerogatif Tuhan, artinya maqam Nabi itu murni hanya sebuah anugerah dari Tuhan yang diberikan kepada manusia yang dipilih-Nya. Namun penjelasan yang dipaparkan oleh penulis tidak sampai pada tingkat analisa yang mendalam dan cenderung tidak berdasarkan pada dalil-dalil yang terdapat dalam al-Qur'an.
4.     Buku lain yang membahas seputar kisah para Nabi adalah buku karya Rafi'udin dan In'am Fadhali dengan judul Lentera Kisah 25 Nabi–Rasul. Buku ini murni hanya membahas tentang kisah-kisah perorangan para Nabi dan Rasul yang disebutkan dalam al-Qur'an, diawali dari kisah Nabi Adam as. dan diakhiri dengan kisah Nabi Muhammad saw. Dalam buku ini secara terperinci dan sistematis menjelaskan kisah 25 Nabi dan Rasul dengan menghadirkan ayat-ayat al-Qur'an yang menerangkan tentang para Nabi dan Rasul tersebut. Dalam buku ini tidak ditampilkan tentang keistimewaan para Nabi selain yang sudah lumrah di dengar dari kisah-kisah yang lain.
Sedangkan fokus penelitian yang diangkat dalam skripsi ini membahas secara mendetail firman Allah dalam al-Qur’an surat Ali Imran ayat 33 yang menjelaskan bahwa Allah telah memilih Nabi Adam dan Nuh serta keluarga Ibrahim dan Imran sebagai manusia dan keluarga yang melebihi manusia dan keluarga yang lain di muka bumi pada zamannya masing-masing. Penelitian ini nantinya akan menunjukkan keistimewaan dan teladan dari Nabi Adam dan Nuh serta keluarga Nabi Ibrahim dan Imran sebagai sosok manusia dan keluarga yang ideal. Konsep manusia dan keluarga ideal dari kisah Nabi Adam dan Nuh serta keluarga Nabi Ibrahim dan Imran ini nantinya akan dijadikan sebagai panduan hidup untuk menjadi manusia yang ideal sesuai dengan petunjuk Allah serta dijadikan kunci sukses dalam membina rumah tangga dengan membangun sebuah keluarga yang ideal seperti keluarga Ibrahim dan Imran. Penelitian ini belum pernah diangkat dalam penelitian sebelumnya sehingga akan menjadi menarik dan bermanfaat.
 
H.      Metodelogi Penelitian
1.      Model Penelitian
Penelitian ini menggunakan model penelitian kualitatif. Penentuan  terhadap model penelitian ini untuk menemukan kevalidan objek penelitian yang akan dikaji. Sehingga, hasil proses dari penelitiaan yang akan dilakukan ini akan betul-betul bisa menggambarkan tentang keutamaan Adam dan Nuh serta keluarga Ibarahim dan Imran sebagai kelompok manusia ideal yang semestinya dijadikan teladan.
2.      Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian non-empirik yang menggunakan metode library research (penelitian kepustakaan) dan kajiannya disajikan secara eksploratif analitis. Oleh karena itu sumber-sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari bahan elektronik, bahan tertulis baik berupa literatur berbahasa Arab, Inggris maupun Indonesia yang mempunyai relevansi dengan permasalahan penelitian ini.
Sedangkan dalam standar Ilmu Tafsir, penelitian ini akan menggunakan metode tahlili (analisa), yakni dengan menghadirkan dan menganalisa ayat-ayat yang lain, kemudian ditunjang dengan hadis-hadis dan keterangan-keterangan yang berhubungan dengan ayat 33 surat Ali Imran. Dengan model ini kemungkinan untuk menghasilkan penelitian yang benar akan dapat dimaksimalkan.
3.      Sumber Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini bersumber dari dokumen perpustakaan terdiri dari dua jenis sumber, yakni primer dan sekunder. Sumber primer atau rujukan utama yang akan dipakai, yaitu Al-Qur'an al-Karim.
Sedangkan sumber sekunder yang dijadikan sebagai pelengkap dalam penelitian ini antara lain:
a.        Tafsi>r al-Mishba>h
b.       Tafsi>r Ibn Kathi>r
c.        Tafsir Fi Zhilalil Qur’a>n
d.       Tafsir al-Azha>r
e.        Tafsir al-Thabari
Penelitian ini juga akan ditunjang oleh buku-buku rujukan umum yang terkait dengan pembahasan.
 4.      Metode Pengumpulan Data
Dalam metode pengumpulan data, digunakan metode dokumentasi. Metode ini diterapkan terbatas pada data-data tertulis seperti buku dan jurnal ilmiah, serta ditopang oleh data elektronik sepeti video dokumenter.
5.       Metode Analisis Data
Semua data yang terkumpul, baik primer maupun sekunder diklasifikasi dan dianalisis sesuai dengan sub bahasan masing-masing. Selanjutnya dilakukan telaah mendalam atas karya-karya yang memuat objek penelitian dengan menggunakan analisis isi, yaitu suatu teknik sistematik untuk menganalisis isi pesan dan mengolahnya dengan tujuan menangkap pesan yang tersirat dari satu atau beberapa pernyataan.[19] Selain itu, analisis isi dapat juga berarti mengkaji bahan dengan tujuan spesifik yang ada dalam benak (peneliti).
 
I.         Rencana Sistematika Pembahasan (Out Line)
Untuk memperoleh kesimpulan yang utuh dan terpadu, maka sistematika pembahasan yang disajikan terbagi ke dalam beberapa bab. Masing-masing bab terdiri dari beberapa subbab, dengan rincian sebagai berikut :
            Bab I, merupakan pertanggungjawaban metodologis, yang  terdiri atas latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan judul, telaah pustaka, metode penelitian, sumber data  dan sistematika  pembahasan.
Bab II, merupakan landasan teori tentang manusia dan keluarga ideal. Memaparkan tentang kriteria manusia dan keluarga ideal secara umum.
            Bab III, merupakan penyajian data tentang surat Ali Imran ayat 33; tentang pandangan para mufassir tentang konteks surat Ali Imran ayat 33, tentang isi kandungan surat Ali Imran sendiri, serta hubungannya dengan ayat dan surat lain.
            Bab IV, merupakan tahap analisis tentang Adam dan Nuh serta Keluarga Ibrahim dan Keluarga Imran Sebagai Figur; mengetengahkan Keistimewaan Adam dan Nuh serta Keluarga Ibrahim dan Keluarga Imran Sebagai Manusia dan Keluarga Ideal, serta Relevansi Idealitas Adam dan Nuh serta Keluarga Ibrahim dan Imran dengan Konteks Kehidupan Masyarakat Masa Kini.
            Bab V, mengetengahkan hasil akhir atau kesimpulan tentang analisa yang telah diuraikan pada bab IV, kemudian diakhiri dengan saran-saran.




[1] Muhammad Ali al-Hasyimi, Menjadi Muslim Ideal (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1999), 6
[2] Ibid, 6
[3] Al-Qur’an Surat al-Maidah: 15–16
[4] Cahaya maksudnya adalah Nabi Muhammad saw., dan Kitab maksudnya adalah al-Qur’an.
[5] Departemen Agama RI, Al-Juma>natul ‘Ali>; Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: J-Art, 2005)
[6] Muhammad Ali Ash-Shabuniy, Kenabian dan Para Nabi, Terj. Arifin Jamian Maun (Surabaya: Bina Ilmu, 1993), 13
[7] Al-Qur’an Surat Yusuf: 111
[8] Departemen Agama RI, Al-Juma>natul ‘Ali>; Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: J-Art, 2005)
[9] Al-Qur’an Surat Ali Imran: 33
[10] Departemen Agama RI, Al-Juma>natul ‘Ali>; Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: J-Art, 2005)
[11] Penjelasan Quraish Shihab dalam acara TAFSIR AL-MISHBAH di MetroTV pada tanggal 09 November 2010
[12] Dalam kajian kontemporer upaya seperti itu disebut al-Qira’ah al-Muntijah (pembacaan yang produktif), yakni pembacaan atas teks al-Qur’an yang tak terbaca dan ingin menyingkapkan kembali apa yang tak terbaca tersebut. Baca: Abdul Mustaqim, Epistimologi Tafsir Kontemporer (Yogyakarta: LKi>S, 2010), 60
[13] M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishba>h, Jilid II, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 75
[14] Penjelasan Quraish Shihab dalam acara TAFSIR AL-MISHBAH di MetroTV pada tanggal 09 November 2010
[15] Ibid
[16] Ibid
[17] Kamus Bahasa Indonesia Online, www.KamusBahasaIndonesia.org
[18] Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), 538
[19] Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasin,1993), 76–77