BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Islam merupakan mata air bagi segala
kesopanan dan kehormatan dalam kehidupan ini. Islam merupakan prinsip-prinsip
moral yang logis, nilai-nilai yang tinggi dan perilaku-perilaku yang baik,
semuanya disampaikan kepada manusia dari sumber yang suci dan ilahiah semenjak
beberapa abad lalu.
Manusia jelas lebih cenderung kepada
kebebasan dan kebodohan dari pada berupaya mengikuti apa yang benar, karenanya
lebih mudah terjatuh dari pada terangkat, dan lebih mudah lalai dari pada mengikuti
aturan-aturan. Oleh karena itu, manusia memerlukan bimbingan untuk mencegah dan
memperingatkan di saat lupa dan kakinya terpeleset dari jalan yang lurus.[1]
Manusia adalah makhluk Allah yang paling
sempurna dalam penciptaannya, paling tidak itulah yang termaktuf dalam firman
Allah dalam al-Qur'an surat at-Tiin. Namun manusia masih membutuhkan bimbingan
untuk menjelaskan nilai-nilai luhur dalam Islam dengan cara yang mudah dipahami
dan gaya yang menarik sehingga dapat mengembangkan nilai-nilai dan sikap-sikap
yang dikehendaki Allah, sehingga bisa menikmati kehidupan yang layak dan
bahagia.
Allah mewahyukan agama Islam ini dari
langit ketujuh bukan sekedar untuk
menjadi bahan teoritis, karena wahyu Allah tersebut bukanlah sekedar kata-kata
sakral yang hanya untuk dibaca agar memperoleh berkah tanpa dipahami maknanya.
Allah mewahyukan agama ini untuk membimbing kehidupan individu, keluarga dan
masyarakat luas, untuk membimbing manusia keluar dari kegelapan menuju cahaya.[2]
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ قَدْ جَاءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ
لَكُمْ كَثِيرًا مِمَّا كُنْتُمْ تُخْفُونَ مِنَ الْكِتَابِ وَيَعْفُو عَنْ
كَثِيرٍ قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُبِينٌ (١٥)يَهْدِي بِهِ
اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلامِ وَيُخْرِجُهُمْ مِنَ
الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
(١٦)[3]
Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul
Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi al-Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu
cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkannya.[4] Dengan
kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan
keselamatan dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari
gelap gulita menuju cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya dan
menunjuki mereka ke jalan yang lurus. (QS. Al-Maidah: 15–16)[5]
Di antara beberapa petunjuk al-Qur'an,
yakni adanya kisah para nabi Allah untuk yang bisa dijadikan panduan dan
teladan dalam kehidupan, baik dalam kehidupan pribadi maupun keluarga dan
masyarakat. Kisah para Nabi adalah kisah kebesaran dan ketinggian, kehidupan
mereka merupakan suatu kehidupan perjuangan. Tujuan Allah menjelaskan kisah
para Nabi adalah agar manusia mengambil ajaran dan kemaslahatan dari perjalanan
mereka yang harum, bagaikan lampu yang menyinari dengan sinarnya, mereka
memberikan petunjuk dengan petunjuk-Nya, mereka sebagai contoh yang tinggi
dalam kehidupannya, mereka berada dalam keutamaan dan keselamatan.[6]
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لأولِي الألْبَابِ مَا
كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَى وَلَكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ
كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ (١١١)[7]
Sungguh ada dalam kisah mereka itu suatu pembelajaran bagi
orang-orang yang berfikir. (QS. Yusuf: 111)[8]
Ayat ini menjelaskan bahwa dari kisah
para nabi tersebut dapat diambil pelajaran hidup yang berguna, yaitu citra
mereka dalam hal kesabaran, ketaatan dan seterusnya. Citra
dari para nabi ini patut untuk diteladani sebagai bahan untuk lebih
mengoptimalkan keimanan.
Dalam konteks manusia dan keluarga yang
bisa dikatakan manusia dan keluarga ideal Allah memberi porsi khusus, al-Qur'an
surat Ali Imran ayat 33 menjelaskan bahwa Allah telah menempatkan beberapa
orang dan keluarga lebih utama dari pada yang lain pada zamannya.
إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى آدَمَ وَنُوحًا وَآلَ إِبْرَاهِيمَ
وَآلَ عِمْرَانَ عَلَى الْعَالَمِينَ (٣٣)[9]
Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga
Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing).
(QS. Ali Imran: 33)[10]
Ayat ini menjelaskan kebijakan Allah
dalam menetapkan manusia pilihannya sebagai manusia yang paling unggul pada
masanya. Kebijakan Allah dalam ayat ini kemudian menimbulkan tanda tanya
tentang apa yang dimaksud dengan Allah memilih dan apa dasarnya Allah memilih
mereka?
Memang tidak ada yang bisa keberatan
atas pilihan Allah, tetapi tidak ada salahnya kalau dicari jawabannya tentang
kira-kira apa dasarnya. Jawaban yang diperoleh bisa saja memuaskan, bisa juga
tidak memuaskan bagi yang lain, tapi apapun jawabannya harus diterima.[11] Dalam hal ini upaya untuk menemukan
maksud yang terkandung di dalamnya adalah agar ayat tersebut tidak dianggap
sebagai teks yang mati dan tidak kontekstual lagi dalam kehidupan.[12]
Allah memilih berdasarkan
pengetahuannya, menyangkut siapa yang dipilih. Allah juga memilih berdasarkan
kebijaksanaan dan hikmah-Nya setelah memperhatikan, melihat dan mengetahui
bahwa objek yang dipilih-Nya merupakan objek yang sesuai bagi-Nya.[13]
Dalam kutipan sejarah, keempat golongan
yang dipilih Allah tersebut memang orang-orang yang mempunyai keistimewaan yang
lebih dari pada yang lain. Misalnya Adam yang dinyatakan sebagai manusia
pertama atau sebagai moyang manusia. Walaupun ada yang mengatakan bahwa sudah
ada makhluk-makhluk sebelum Adam, bahkan bisa jadi sudah ada makhluk yang mirip
bentuknya dengan manusia sebelum Adam. Tapi Allah memilih Adam sebagai orang
tua manusia modern kira-kira 40.000 tahun yang lalu seperti yang telah
dikatakan para pakar. Jadi Allah memilihnya sebagai bapak manusia yang ada
sekarang.[14] Begitupun dalam hal Allah memilih Nuh
dan dua keluarga, yakni keluarga Ibrahim dan Imran, tentu Allah mempunyai
alasan tersendiri. Alasan inilah yang kemudian ingin dicari dan ditampilkan
sebagai sebuah pengetahuan.
Dari gambaran yang sudah ada, keempat
golongan tersebut memang selayaknyalah untuk dijadikan citra sebagai manusia
dan keluarga ideal, serta bisa dijadikan teladan bagi setiap manusia dan
keluarga yang ingin meningkatkan kualitas kepribadian dan keluarga. Jika
dihubungkan pada kondisi saat ini yang sedang sulit mencari seorang figur yang
bisa dijadikan teladan, kiranya alasan Allah dalam menjadikan manusia
pilihan-Nya tersebut betul-betul menjadi manusia istimewa yang direkomendasi
sebagai manusia dan keluarga ideal yang berhak diteladani.
Al-Qur'an surat Ali Imran ayat 33 ini
turun dalam konteks diskusi Nabi dengan sekelompok orang Nasrani yang antara
lain membahas tentang kedudukan Siti Maryam dan kedudukan Nabi Isa yang sejak
zaman Nabi mereka meyakini bahwa Nabi Isa itu adalah anak Tuhan, Tuhan atau
satu dari tiga (Trinitas).[15]
Karena tujuan ayat ini adalah diskusi
tentang hal tersebut, maka Allah menurunkan ayat tersebut dengan mengatakan
bahwa Allah memilih mereka semua, baru kemudian ayat selanjutnya mengatakan
bahwa yang dipilih oleh Allah diatas merupakan keturunan yang sama. Mereka
semua sama dan membawa ajaran yang sama, yakni keesaan Tuhan (لم يلد ولم يولد). Kalau mereka
merupakan keturunan yang sama dalam kemanusiaannya, maka jangan
dibedakan-bedakan bahwa yang ini lebih mulia dari yang itu atau yang ini adalah
Tuhan dan yang itu bukan Tuhan.[16]
Dengan menggunakan pendekatan yang
sesuai dengan kajian Tafsir Hadis, dalam penelitian yang akan dilakukan ini,
akan diungkap keistimewaan-keistimewaan mereka sebagai pribadi dan keluarga
pilihan sehingga dengan pengungkapan ini, tidak disangsikan lagi bahwa mereka
memang layak dikatakan sebagai manusia dan keluarga ideal, pilihan Tuhan yang
layak dijadikan teladan.
B.
Identifikasi dan Pembatasan Masalah
Dari latar belakang di atas, dalam
kajian Tafsir Hadis, ada beberapa hal yang menjadi titik permasalahan dalam pembahasan
terkait terpilihnya Adam dan Nuh serta keluarga Ibrahim dan keluarga Imran
sebagai manusia dan keluarga yang unggul di atas semua manusia pada zamannya
dalam Qur’an Surat Ali Imran ayat 33.
1. Tentang
geneologi dari Adam dan Nuh serta keluarga
Ibrahim dan keluarga Imran.
2. Tentang rahasia Tuhan terhadap pilihan-Nya menentukan Adam dan Nuh
serta keluarga Ibrahim dan keluarga Imran.
3. Tentang hubungan nasab antara Adam dan Nuh serta keluarga
Ibrahim dan keluarga Imran.
4. Tentang keistimewaan Adam dan Nuh serta keluarga Ibrahim dan
keluarga Imran.
Dalam menentukan manusia pilihan memang
hak prerogatif Allah sebagai Sang Kreator, akan tetapi tentu ada maksud yang
terkandung di dalamnya sehingga Allah lebih memilih mereka dibandingkan yang lain.
Salah satu yang menjadi titik tekan dalam penelitian ini adalah mengungkap
keistimewaan mereka, bahwasanya mereka merupakan manusia-manusia yang layak
dijadikan panutan karena mereka merupakan pribadi dan keluarga yang ideal.
Pembahasan dalam ayat ini sangat luas
sehingga perlu dispesifikkan titik pembahasannya. Maka titik fokus dari skripsi
ini adalah mengungkap keistimewaan Adam dan Nuh serta keluarga Ibrahim dan
Imran. Pembahasan dalam penelitian ini lebih ditekankan pada teladan dari
mereka sebagai manusia dan keluarga ideal.
C. Rumusan Masalah
Gambaran global tentang masalah manusia
dan keluarga pilihan Allah dalam al-Qur'an surat Ali Imran ayat 33 pada latar
belakang di atas akan dirumuskan dengan beberapa bentuk pertanyaan sebagai
berikut:
1.
Bagaimana para mufassir menjelaskan QS. Ali Imran: 33?
2. Bagaimana keistimewaan Adam dan Nuh
serta keluarga Ibrahim dan Imran sebagai kelompok ideal?
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas,
maka tujuan penelitian dapat diuraikan sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui penjelasan dari para mufassir tentang penafsiran dan
penjabaran dari al-Qur'an Surat Ali Imran ayat 33 yang mengungkapkan tentang
manusia dan keluarga unggul pilihan Allah swt.
2.
Untuk mendapatkan gambaran tentang Adam dan Nuh serta keluarga Ibrahim dan
Imran sehingga mereka layak disebut sebagai manusia dan keluarga ideal.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat atau kegunaan penelitian ini
dari segi teoritis merupakan kegiatan dalam rangka mengembangkan ilmu
pengetahuan khususnya pada bidang wacana Tafsir Hadis melalui pendekatan
metodologis-historis.
Sedangkan manfaat dalam segi praktis,
hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan/pedoman yang layak dalam
kehidupan khususnya bila dikaitkan dengan bagaimana menjadi manusia dan
keluarga yang ideal dalam masyarakat di
tengah krisis kepribadian saat ini.
F. Penegasan Judul
Skripsi ini berjudul Citra Adam
dan Nuh serta Keluarga Ibrahim dan Keluarga Imran dalam Konteks Manusia dan Keluarga Ideal yang merupakan penguraian tentang
keutamaan mereka sehingga Allah memilih mereka sebagai manusia yang lebih
unggul dari pada yang lain pada zamannya.
Untuk itu perlu lah dijelaskan secara
singkat terlebih dahulu apa yang dimaksudkan dalam judul skripsi ini;
-
Citra merupakan persepsi tentang perilaku seseorang, atau gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi seseorang.[17]
-
Adam dan Nuh merupakan nabi yang diutus oleh Allah sebagai lambang dari
pertobatan dan keteguhan hati dalam berdakwah.
-
Keluarga Ibrahim dan keluarga Imran adalah keluarga pilihan Allah yang
dibangun
dengan kesabaran, keikhlasan dan ketaatan kepada Allah, sehingga bisa dijadikan teladan bagi setiap manusia dalam membina
rumah tangga.
-
Ideal adalah memuaskan karena sesuai dengan yang dicita-citakan atau
diangan-angankan.[18]
Jadi, judul skripsi ini adalah mengungkap
keutamaan dari Adam dan Nuh serta keluarga Ibrahim dan Imran sebagai manusia
dan keluarga ideal untuk dijadikan teladan dalam kehidupan.
G. Telaah Pustaka
Penelitian yang membahas tentang nabi
seperti ini tentu bukan yang pertama dan satu-satunya, maka dari itu perlu
untuk dilakukan telaah kepustakaan untuk mengukuhkan keaslian penelitian ini.
Salah satu tulisan yang pembahasannya berkaitan dengan penelitian ini adalah;
1. Skripsi
dari Catur Rajwina tahun 2000 yang berjudul Kisah Nabi Ibrahim dan Zakariya
Memperoleh Keturunan dalam al-Qur’an. Skripsi ini menjelaskan tentang kisah
Nabi Ibrahim dan Zakariya yang baru memperoleh keturunan ketika usia mereka
sudah senja. Skripsi ini lebih menekankan pembahasannya pada pemaparan kisah
serta mengkategorikan kisah mereka dalam beberapa kategori kisah. Bidikannya
adalah bagaimana nantinya kisah dari kedua nabi tersebut dapat diambil
hikmahnya dalam kehidupan dengan mengambil pelajaran dari kesabaran mereka.
Kategorisasi kisah Nabi Ibrahim dan Zakariya memperoleh dalam kategori kisah
al-Qur’an termasuk dalam kategori Kisah Para Nabi (Qishashul Anbiya’)
yang mengandung dakwah mereka kepada kaumnya atas cobaan yang diterimanya.
Skripsi ini tidak memaparkan perihal keluarga dari Nabi Ibrahim dan Zakariya
sebagai sebuah keluarga yang taat dan patuh kepada Allah, dan hanya menampilkan
Nabi Ibrahim dan Zakariya secara personal.
2. Skripsi
dari Emil Fuaidah tahun 2003, Substansi Dialog Antara Nabi Ibrahim dengan
Allah swt. dalam QS. Al-Baqarah (2): 260. Skripsi ini juga menjelaskan
tentang Nabi Ibrahim secara personal dalam konteks substansi dari dialog antara
Nabi Ibrahim dengan Allah dalam surat al-Baqarah ayat 260 yang berbicara
tentang pertanyaan Nabi Ibrahim kepada Allah mengenai bagaimana Allah
menghidupkan orang-orang yang sudah mati. Dalam hal ini, Nabi Ibrahim dinilai
masih belum yakin sepenuhnya dengan kekuasaan Allah, sampai-sampai Allah
memvisualisasikan kekuasaan-Nya. Skripsi ini hanya mengeksplorasi dan
mengelaborasi substansi-substansi dialogis antara Nabi Ibrahim dengan Allah
swt. yang termaktub dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat
260.
3. Karya Muhammad Ali Al-Shabuny yang
berjudul al-Nubuwwah
wa al-Anbiya' diterjemahkan oleh Arifin Jamian Maun yang diberi judul Kenabian
dan Para Nabi, di dalamnya sangat panjang membahas tentang kisah perorangan
para Nabi. Selain itu, buku ini juga membahas tentang ketentuan maqam Nabi
merupakan hak prerogatif Tuhan, artinya maqam Nabi itu murni hanya
sebuah anugerah dari Tuhan yang diberikan kepada manusia yang dipilih-Nya.
Namun penjelasan yang dipaparkan oleh penulis tidak sampai pada tingkat analisa
yang mendalam dan cenderung tidak berdasarkan pada dalil-dalil yang terdapat
dalam al-Qur'an.
4. Buku
lain yang membahas seputar kisah para Nabi adalah buku karya Rafi'udin dan
In'am Fadhali dengan judul Lentera Kisah 25 Nabi–Rasul. Buku ini murni
hanya membahas tentang kisah-kisah perorangan para Nabi dan Rasul yang
disebutkan dalam al-Qur'an, diawali dari kisah Nabi Adam as. dan diakhiri
dengan kisah Nabi Muhammad saw. Dalam buku ini secara terperinci dan
sistematis menjelaskan kisah 25 Nabi dan Rasul dengan menghadirkan ayat-ayat
al-Qur'an yang menerangkan tentang para Nabi dan Rasul tersebut. Dalam buku ini tidak ditampilkan tentang keistimewaan para
Nabi selain yang sudah lumrah di dengar dari kisah-kisah yang lain.
Sedangkan fokus penelitian yang diangkat
dalam skripsi ini membahas secara mendetail firman Allah dalam al-Qur’an surat
Ali Imran ayat 33 yang menjelaskan bahwa Allah telah memilih Nabi Adam dan Nuh
serta keluarga Ibrahim dan Imran sebagai manusia dan keluarga yang melebihi
manusia dan keluarga yang lain di muka bumi pada zamannya masing-masing.
Penelitian ini nantinya akan menunjukkan keistimewaan dan teladan dari Nabi
Adam dan Nuh serta keluarga Nabi Ibrahim dan Imran sebagai sosok manusia dan
keluarga yang ideal. Konsep manusia dan keluarga ideal dari kisah Nabi Adam dan
Nuh serta keluarga Nabi Ibrahim dan Imran ini nantinya akan dijadikan sebagai
panduan hidup untuk menjadi manusia yang ideal sesuai dengan petunjuk Allah
serta dijadikan kunci sukses dalam membina rumah tangga dengan membangun sebuah
keluarga yang ideal seperti keluarga Ibrahim dan Imran. Penelitian ini belum
pernah diangkat dalam penelitian sebelumnya sehingga akan menjadi menarik dan
bermanfaat.
H. Metodelogi Penelitian
1. Model
Penelitian
Penelitian ini menggunakan model
penelitian kualitatif. Penentuan
terhadap model penelitian ini untuk menemukan kevalidan objek penelitian
yang akan dikaji. Sehingga, hasil proses dari penelitiaan yang akan dilakukan
ini akan betul-betul bisa menggambarkan tentang keutamaan Adam dan Nuh serta
keluarga Ibarahim dan Imran sebagai kelompok manusia ideal yang semestinya
dijadikan teladan.
2. Metode
Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian
non-empirik yang menggunakan metode library research (penelitian
kepustakaan) dan kajiannya disajikan secara eksploratif analitis. Oleh karena
itu sumber-sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari bahan elektronik, bahan tertulis baik berupa literatur berbahasa Arab, Inggris
maupun Indonesia yang mempunyai relevansi dengan permasalahan penelitian ini.
Sedangkan dalam standar Ilmu Tafsir,
penelitian ini akan menggunakan metode tahlili (analisa), yakni dengan menghadirkan dan menganalisa ayat-ayat yang
lain, kemudian ditunjang dengan hadis-hadis dan keterangan-keterangan
yang berhubungan dengan ayat 33 surat Ali Imran. Dengan model ini kemungkinan
untuk menghasilkan penelitian yang benar akan dapat dimaksimalkan.
3. Sumber
Data
Data yang diperlukan dalam penelitian
ini bersumber dari dokumen perpustakaan terdiri dari dua jenis sumber, yakni
primer dan sekunder. Sumber primer atau rujukan utama yang akan dipakai, yaitu Al-Qur'an al-Karim.
Sedangkan sumber sekunder yang dijadikan
sebagai pelengkap dalam penelitian ini antara lain:
a.
Tafsi>r al-Mishba>h
b. Tafsi>r
Ibn Kathi>r
c.
Tafsir Fi Zhilalil Qur’a>n
d. Tafsir al-Azha>r
e.
Tafsir al-Thabari
Penelitian ini juga akan ditunjang oleh buku-buku rujukan umum yang terkait dengan pembahasan.
4. Metode
Pengumpulan Data
Dalam metode pengumpulan data, digunakan
metode dokumentasi. Metode ini diterapkan terbatas pada data-data tertulis seperti buku dan jurnal ilmiah, serta ditopang oleh data elektronik sepeti video dokumenter.
5. Metode Analisis Data
Semua data yang terkumpul, baik primer
maupun sekunder diklasifikasi dan dianalisis sesuai dengan sub bahasan
masing-masing. Selanjutnya dilakukan telaah mendalam atas karya-karya yang
memuat objek penelitian dengan menggunakan analisis isi, yaitu suatu teknik
sistematik untuk menganalisis isi pesan dan mengolahnya dengan tujuan menangkap
pesan yang tersirat dari satu atau beberapa pernyataan.[19] Selain
itu, analisis isi dapat juga berarti mengkaji bahan dengan tujuan spesifik yang
ada dalam benak (peneliti).
I. Rencana Sistematika Pembahasan (Out Line)
Untuk memperoleh kesimpulan yang utuh dan terpadu, maka sistematika pembahasan yang disajikan
terbagi ke dalam beberapa bab. Masing-masing bab terdiri dari beberapa sub–bab, dengan rincian sebagai berikut :
Bab I, merupakan pertanggungjawaban
metodologis, yang terdiri atas latar belakang masalah,
identifikasi masalah dan pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, penegasan judul, telaah pustaka, metode
penelitian, sumber data dan sistematika pembahasan.
Bab II, merupakan
landasan teori tentang manusia dan keluarga
ideal. Memaparkan tentang kriteria manusia dan keluarga ideal secara umum.
Bab
III, merupakan penyajian data tentang surat
Ali Imran ayat 33; tentang pandangan para mufassir tentang konteks surat Ali
Imran ayat 33, tentang isi kandungan surat Ali Imran sendiri, serta hubungannya
dengan ayat dan surat lain.
Bab
IV, merupakan tahap analisis tentang Adam dan Nuh serta Keluarga Ibrahim dan
Keluarga Imran Sebagai Figur; mengetengahkan Keistimewaan Adam dan Nuh serta
Keluarga Ibrahim dan Keluarga Imran Sebagai Manusia dan Keluarga Ideal, serta
Relevansi Idealitas Adam dan Nuh serta Keluarga Ibrahim dan Imran dengan
Konteks Kehidupan Masyarakat Masa Kini.
Bab
V, mengetengahkan hasil akhir atau kesimpulan tentang analisa yang telah diuraikan
pada bab IV, kemudian diakhiri dengan saran-saran.
[1] Muhammad Ali al-Hasyimi, Menjadi Muslim Ideal
(Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1999), 6
[3] Al-Qur’an
Surat al-Maidah: 15–16
[6] Muhammad Ali
Ash-Shabuniy, Kenabian dan Para Nabi, Terj. Arifin Jamian Maun (Surabaya: Bina Ilmu, 1993), 13
[7] Al-Qur’an
Surat Yusuf: 111
[9] Al-Qur’an
Surat Ali Imran: 33
[11] Penjelasan Quraish Shihab dalam acara TAFSIR AL-MISHBAH di
MetroTV pada tanggal 09 November 2010
[12] Dalam kajian
kontemporer upaya seperti itu disebut al-Qira’ah al-Muntijah (pembacaan
yang produktif), yakni pembacaan atas teks al-Qur’an yang tak terbaca dan ingin
menyingkapkan kembali apa yang tak terbaca tersebut. Baca: Abdul Mustaqim, Epistimologi
Tafsir Kontemporer (Yogyakarta: LKi>S, 2010), 60
[14] Penjelasan Quraish Shihab dalam acara TAFSIR AL-MISHBAH di MetroTV pada
tanggal 09 November 2010
[18] Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa
Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), 538
[19] Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif
(Yogyakarta: Rake Sarasin,1993), 76–77